Sabtu, 17 November 2012

Pemuda Harus Jadi Agen Perubahan Bangsa


Pemuda Harus Jadi Agen Perubahan Bangsa

Nasionalisme kultural dan politik saat ini sangat lemah di tengah masyarakat, tersisih oleh masalah rakyat yang susah mencari makan, korupsi merajalela, pelanggaran HAM yang tidak bisa diselesaikan, tidak menghormati hakekat dan martabat orang lain, suap menyuap dan lain sebagainya. "Realita ini seakan menafikan cita-cita kebangsaan yang digaungkan seabad yang lalu," kata Ketua Umum Kaukus Muda Indonesia (KMI), Edi Humaidi, dalam acara dialog publik, di Galeri Cafe, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (18/10).

Dua orang pengunjung melihat di ruang pamer Museum Sumpah Pemuda, JakartaDesmunyoto P. Gunadi / Jurnal Nasional

Oleh karena itu, menjelang momentum Sumpah Pemuda pada 28 Oktober mendatang, menurut Edi, kaum muda harus berani dan bersungguh-sungguh bertekad dan tidak hanya cukup berikrar belaka.


Dikatakan Edi, tekad itu yakni melakukan perubahan guna membangkitkan kembali rasa kebangsaan dan rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Nasionalisme itu yakni mengarah pada mencari solusi atas berbagai macam persoalan kebangsaan.

"Sebagai kaum muda, kita harus berani bertekad untuk mempelopori perubahan agar bagaimana bersikap jujur, adil, disiplin, berani melawan kesewenang-wenangan, tidak korup, toleran guna mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia," ujarnya.

Dengan kepeloporan ini, Edi berharap dapat mempengaruhi sikap-sikap dan tindakan para pemimpin dan masyarakat luas. "Sebab kalau tidak, artinya kita tidak bisa lagi mempertahankan eksistensi bangsa dan negara dari kehancuran," ujarnya.


Sumber : Jurnas 
Reade more >>

Jenderal Achmad Yani


Jenderal Achmad Yani

Jenderal Anumerta Achmad Yani (1922-1965)
Jenderal Achmad Yani terkenal sebagai seorang tentara yang selalu berseberangan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Ketika menjabat Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/ Pangad) atau yang sekarang menjadi Kepala Staf Angkatan Darat sejak tahun 1962, ia menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani.

Karenanya, dengan fitnah bahwa sejumlah petinggi TNI AD telah bekerja sama dengan sebuah negara asing untuk menjatuhkan Presiden Soekarno, PKI lewat Gerakan Tiga Puluh September (G 30/S) menjadikan dirinya salah satu target yang akan diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi TNI AD lainnya.

Peristiwa yang terjadi pada tanggal
 1 Oktober 1965 dinihari itu akhirnya menewaskan enam dari tujuh Perwira Tinggi Angkatan Darat yang sebelumnya direncanakan PKI. Lubang Buaya, lokasi dimana sumur tempat menyembunyikan jenazah para Pahlawan Revolusi itu berada menjadi saksi bisu atas kekejaman komunis tersebut.

Jenderal yang sangat dekat dengan
 Presiden Soekarno, ini merupakan salah satu tangan kanan dan kepercayaan Sang Proklamator. Ia sangat cinta dan setia terhadap Bung Karno. Karena kecintaan dan kesetiaannya, ia bahkan pernah mengatakan, “Siapa yang berani menginjak bayang-bayang Bung Karno, harus terlebih dahulu melangkahi mayat saya.” Bahkan ada isu terdengar, bahwa Achmad Yani telah dipersiapkan oleh Bung Karno sebagai calon penggantinya sebagai presiden. Walau dirinya begitu dekat dengan Presiden Pertama RI itu, Achmad Yani tidak setuju dengan konsep Nasakom dari Soekarno. Isu dan prinsipnya itu akhirnya membuat PKI semakin benci terhadap dirinya.

Achmad Yani yang lahir di Jenar,
 Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922, ini adalah putra dari Sarjo bin Suharyo (ayah) dan Murtini (ibu). Pendidikan formal diawalinya di HIS (setingkat Sekolah Dasar) Bogor, yang diselesaikannya pada tahun 1935. Kemudian ia melanjutkan sekolahnya ke MULO (setingkat Sekolah Menegah Pertama) kelas B Afd. Bogor. Dari sana ia tamat pada tahun 1938, selanjutnya ia masuk ke AMS (setingkat Sekolah Menengah Umum) bagian B Afd. Jakarta. Sekolah ini dijalaninya hanya sampai kelas dua, sehubungan dengan adanya milisi yang diumumkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Ia kemudian mengikuti pendidikan militer pada Dinas Topografi Militer di Malang dan secara lebih intensif lagi di Bogor. Dari sana ia mengawali karier militernya dengan pangkat Sersan. Kemudian setelah tahun 1942 yakni setelah pendudukan Jepang di Indonesia, ia juga mengikuti pendidikan Heiho di Magelang dan selanjutnya masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor.

Berbagai prestasi pernah diraihnya pada masa perang kemerdekaan, antara lain berhasilmelucuti senjata Jepang di Magelang. Setelah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, dirinya diangkat menjadi Komandan TKR Purwokerto. Selanjutnya karier militernya pun semakin cepat menanjak. Prestasi lain diraihnya ketika Agresi Militer Pertama Belanda terjadi. Pasukannya yang beroperasi di daerah Pingit berhasil menahan serangan Belanda di daerah tersebut. Maka saat Agresi Militer Kedua Belanda terjadi, ia dipercayakan memegang jabatan sebagai Komandan Wehrkreise II yang meliputi daerah pertahanan Kedua.

Setelah Indonesia mendapat
 pengakuan kedaulatan, ia diserahi tugas untuk menghancurkan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia) yang mengacau di daerah Jawa Tengah. Ketika itu dibentuklah pasukan Banteng Raiders yang diberi latihan khusus. Alhasil, pasukan DI/TII pun berhasil ditumpasnya. Seusai penumpasan DI/TII tersebut, iaditarik ke Staf Angkatan Darat. Pada tahun 1955, ia disekolahkan pada Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan. Dan pada tahun 1956, ia juga mengikuti pendidikan selama dua bulan pada Special Warfare Course di Inggris. Pada tahun 1958 saat pemberontakan PRRI terjadi di Sumatera Barat, Achmad Yani yang masih berpangkat Kolonel diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus, untuk memimpin penumpasan pemberontakan PRRI tersebut. Ia juga berhasil menumpas pemberontakan tersebut. Sejak itu namanya pun semakin cemerlang. Hingga pada tahun 1962, ia yang waktu itu berpangkat Letnan Jenderal diangkatmenjadi Men/Pangad menggantikan Jenderal A.H. Nasution yang naik jabatan menjadi Menteri Koordinator PertahananKeamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Hankam/Kasab).

Saat menjabat Men/Pangad itulah
 kejadian naas terjadi. Jenderal yang terkenal sangat anti pada ajaran komunis itu pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 4:35 WIB, di kala subuh, diculik dan ditembak oleh PKI di depan kamar tidurnya hingga gugur. Dalam pencarian yang dipimpin oleh Soeharto (mantan Presiden RI) yang ketika itu masih menjabat sebagai Pangkostrad, jenazahnya ditemukan di Lubang Buaya terkubur di salah satu sumur tua bersama enam jenazah lainnya. Jenazah Achmad Yani dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, ia gugur sebagai Pahlawan Revolusi. Pangkatnya yang sebelumnya Letnan Jenderal dinaikkan satu tingkat sebagai penghargaan menjadi Jenderal.

Dia gugur karena mempertahankan kesucian Dasar dan Falsafah Negara, Pancasila, yang coba hendak diselewengkan komunis. Untuk menghormati jasa para pahlawantersebut, maka di Lubang Buaya, dekat sumur tua tempat jenazah ditemukan,dibangun tugu dengan latar belakang patung ketujuh pahlawan Revolusi yakni enam Perwira Tinggi : Jend. TNI Anumerta Achmad Yani, Letjen. TNI Anumerta Suprapto, Letjen. TNI Anumerta S.Parman, Letjen. TNI Anumerta M.T. Haryono, Mayjen. TNIAnumerta D.I. Panjaitan, Mayjen. TNI Anumerta Sutoyo S, dan ditambah satu Perwira Pertama Kapten CZI TNI Anumerta Pierre Tendean. Tugu tersebut dinamai Tugu Kesaktian Pancasila.

Peristiwa 1 Oktober
 1965 tersebut kemudian telah melahirkan suatu orde dalam sejarah pasca kemerdekaan republik ini. Orde yang kemudian lebih dikenal dengan Orde Baru itu menetapkan tanggal 1 Oktober setiap tahunnya sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Penetapan itu didasari oleh peristiwa yang terjadi pada hari dan bulan itu, dimana telah terjadi suatuusaha perongrongan Pancasila, namun berhasil digagalkan.

Belakangan setelah Orde Baru
 jatuh dan digantikan oleh orde yang disebut Orde Reformasi, peringatan hari Kesaktian Pancasila ini sepertinya mulai dilupakan. Terbukti tanggal 1 Oktober tersebut tidak lagi ditetapkan sebagai hari libur nasional sebagaimana sebelumnya. Dalam pidato Bung Karno yang dikenal dengan “Jasmerah”, Bapak Bangsa itu menyebut agar jangan sekali-kali melupakan sejarah. Lebih tegas disebutkan, bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mengingat dan menghargai sejarahnya. Hendaknya begitulah yang terdapat pada bangsa ini, khususnya pada para pemimpinnya.
 
Sumber : Garuda Militer
Reade more >>

Jenderal Besar Sudirman


Jenderal Besar Sudirman

Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman adalah salah satu Pahlawan Nasional dan tokoh paling populer dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Pada usia 31 tahun Soedirman telah menjadi jendral dan panglima TNI yang pertama, beliau juga merupakan tokoh agama, pendidik, tokoh Muhammadiyah sekaligus pelopor perang gerilya di Indonesia. 
Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman




Latar Belakang Keluarga  
 
Soedirman dilahirkan pada tanggal 24 Januari 1916 di Desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Ayahnya bernama Karsid Kartawiradji, seorang mandor tebu pada pabrik gula di Purwokerto. Ibunya bernama Siyem, berasal dari Rawalo, Purwokerto. Siyem adalah keturunan Wedana Rembang. Soedirman sejak umur 8 bulan diangkat sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang yang masih merupakan saudara dari Siyem.

Pendidikan 
 
Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta tapi tidak sampai tamat. Soedirman saat itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap.
 

Karier militer
Pengetahuan militernya diperoleh dari pasukan Jepang melalui pendidikan.  Ketika zaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang. Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).
 
Bendera PETA
 
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. 

Pada masa pendudukan Jepang ini, Soedirman pernah menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Karesidenan Banyumas. Dalam saat ini ia mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.

 
Pasca kemerdekaan Indonesia
Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pasukan Jepang menyerah tanpa syarat kepada Pasukan Sekutu dan Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Soedirman mendapat prestasi pertamanya sebagai tentara setelah keberhasilannya merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah. Soedirman mengorganisir batalyon PETA-nya menjadi sebuah resimen yang bermarkas di Banyumas, untuk menjadi pasukan perang Republik Indonesia yang selanjutnya berperan besar dalam perang Revolusi Nasional Indonesia.


Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 12 November 1945, Soedirman terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang RI. Selanjutnya dia mulai menderita penyakit tuberkulosis, walaupun begitu selanjutnya dia tetap terjun langsung dalam beberapa kampanye perang gerilya melawan pasukan NICA Belanda.

 
Peran dalam revolusi nasional Indonesia
Menangnya Pasukan Sekutu atas Jepang dalam Perang Dunia II membawa pasukan Belanda untuk datang kembali ke kepulauan Hindia Belanda (Republik Indonesia sekarang), bekas jajahan mereka yang telah menyatakan untuk merdeka. Setelah menyerahnya pasukan Jepang, Pasukan Sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang. Ternyata pasukan sekutu datang bersama dengan tentara NICA dari Belanda yang hendak mengambil kembali Indonesia sebagai koloninya. Mengetahui hal tersebut, TKR pun terlibat dalam banyak pertempuran dengan tentara sekutu.

Perang besar pertama yang dipimpin Soedirman adalah perang Palagan Ambarawa melawan pasukan Inggris dan NICA Belanda yang berlangsung dari bulan November sampai Desember 1945. Pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Soedirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember 1945, Soedirman melancarkan serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris di Ambarawa. Pertempuran terkenal yang berlangsung selama lima hari tersebut diakhiri dengan mundurnya pasukan Inggris ke Semarang. Perang tersebut berakhir tanggal 16 Desember 1945.

Setelah kemenangan Soedirman dalam Palagan Ambarawa, pada tanggal 18 Desember 1945 dia dilantik sebagai Jenderal oleh Presiden Soekarno. Soedirman memperoleh pangkat Jenderal tersebut tidak melalui sistem Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya, tapi karena prestasinya.

Peran dalam Agresi Militer II Belanda
Saat terjadinya Agresi Militer II Belanda, Ibukota Republik Indonesia dipindahkan di Yogyakarta, karena Jakarta sudah diduduki oleh tentara Belanda. Soedirman memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II tanggal 19 Desember 1948 tersebut. Dalam perlawanan tersebut, Soedirman sudah dalam keadaan sangat lemah karena penyakit tuberkulosis yang dideritanya sejak lama. Walaupun begitu dia ikut terjun ke medan perang bersama pasukannya dalam keadaan ditandu, memimpin para tentaranya untuk tetap melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda secara gerilya.

 Penyakit yang diderita Soedirman saat berada di Yogyakarta semakin parah. Paru-parunya yang berfungsi hanya tinggal satu karena penyakitnya. Yogyakarta pun kemudian dikuasai Belanda, walaupun sempat dikuasai oleh tentara Indonesia setelah Serangan Umum 1 Maret 1949. Saat itu, Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta dan beberapa anggota kabinet juga ditangkap oleh tentara Belanda. Karena situasi genting tersebut, Soedirman dengan ditandu berangkat bersama pasukannya dan kembali melakukan perang gerilya. Ia berpindah-pindah selama tujuh bulan dari hutan satu ke hutan lain, dan dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah dan dalam kondisi hampir tanpa pengobatan dan perawatan medis. 

Walaupun masih ingin memimpin perlawanan tersebut, akhirnya Soedirman pulang dari kampanye gerilya tersebut karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkannya untuk memimpin Angkatan Perang secara langsung. Setelah itu Soedirman hanya menjadi tokoh perencana di balik layar dalam kampanye gerilya melawan Belanda.

Setelah Belanda menyerahkan kepulauan nusantara sebagai Republik Indonesia Serikat dalam Konferensi Meja Bundar tahun 1949 di Den Haag, Jenderal Soedirman kembali ke Jakarta bersama Presiden Soekarno, dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.

Kematian
Pada tanggal 29 Januari 1950, Jenderal Soedirman meninggal dunia di Magelang, Jawa Tengah karena sakit tuberkulosis parah yang dideritanya. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

 Pada tahun 1997 dia mendapat gelar sebagai Jenderal Besar Anumerta dengan bintang lima, pangkat yang hanya dimiliki oleh tiga jenderal di RI sampai sekarang, Haji Muhammad Soeharto, Abdul Haris Nasution dan dirinya sendiri.

Sumber : http://giant41.blogspot.com/
Reade more >>

Mahasiswa Wajib Kawal Keutuhan NKRI


Mahasiswa Wajib Kawal Keutuhan NKRI

PANGDAM III/Siliwangi Mayjen TNI Sonny Widjaya mengingatkan. perjalanan 67 tahun kemerdekaan Indonesia bukan perjalanan yang mulus, tetapi berliku dan penuh dinamika yang diwarnai oleh revolusi fisik, pemberontakan dan krisis ekonomi yang berdampak pada terjadinya reformasi.

Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Sonny Widjaya menerima plakat usia memberikan ceramah
Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Sonny Widjaya menerima plakat usia memberikan ceramah
foto : Pelita Online

“Kewajiban Mahasiswa  bersama elemen bangsa  sekarang adalah mengawal keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia agar menjadi Negara dan bangsa yang maju dan sejahtera,” ujar Pangdam saat menjadi pembicara dalam Pekan Integrasi Nasional Resimen Mahawarman Batalyon XI/Universitas Pendidikan Indonesia di Bale Pertemuan UPI, Jalan DR. Setiabudhi Bandung, Senin (22/10/2012).

Pangdam menjelaskan bahwa NKRI merupakan harga mati yang harus dipertahankan sampai kapanpun. Untuk mewujudkan itu menurut Pangdam, Bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki modal sosial (Social capital) yang besar diantaranya adanya sikap toleransi dan semangat kesetiakawanan social, semangat musyawarah untuk mufakat, semangat nasionalisme dan patriotisme serta semangat gotong royong yang telah menjadi bagian budaya bangsa.


Ancaman pada era millennium ke tiga sekarang ini, lanjut Pangdam, perang menggunakan kekuatan bersenjata bukanlah satu-satunya pilihan. Perang melalui penghancuran moral dan budaya bangsa adalah satu pilihan yang menarik dan menguntungkan.

Alasannya, kata Pangdam, diantaranya tidak memerlukan kekuatan senjata yang mahal, tidak berisiko timbulnya kematian akibat senjata dan system senjata serta tidak terjadi perang fisik karena proses penghancuran menyatu dengan kejadian normal kehidupan sehari-hari.

“Juga memutuskan ikatan emosional kebangsaan dan norma-norma kemanusiaan, sehingga terjadi pembusukan dari dalam dan terjadi pertumpahan darah antara sesama anak bangsa ” jelas Pangdam dadlam ceramahnya yang bertajuk “Memperkokoh Kesatuan dan Persatuan Guna Mencegah Runtuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Upaya-upaya mengatasi dan mengantisipasi ancaman tersebut, menurut Pangdam, adalah dengan terus mengimplementasikan Pancasila sebagai nilai moral bangsa, nilai budaya bangsa serta menanamkam semangat kebangsaan untuk rera berkorban bagi kepentingan bangsa, rasa senasib sepenanggungan  serta mengokohkan soliditas aparat Negara dengan diawali menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri untuk mau berubah menuju yang lebih baik.

Pekan Integrasi Nasional “Yudha Manunggal Chakti” yang diselenggarakan Menwa Mahawarman  Batalyon XI/UPI diikuti oleh 150 peserta terdiri dari perwakilan anggota Resimen Mahasiswa se Indonesia, diantaranya perwakilan dari Unpar Bandung, Univ Maritim Raja Ali Haji Kepri, Unbraw Malang, Unimal Aceh, IAIN Wali Songo Semarang, STAIN Palangkaraya, UIN Kalijaga Yogyakarta, UPS Tegal, Unsoed Purwokerto,  Univ Wahidiyah Kediri, Instipar Yogyakarta, Univ Bengkulu, Univ Pekalongan, STIE Adi Niaga Bekasi, IKIP PGRI Semarang, Unpas Bandung, Unigal Ciamis, ITB, Unpad, UNS, UNJ, UGM, Unnas, Stain Kudus, Univ 45 Makasar dan SBB Cirebon. 
Reade more >>

KOPASSUS PASUKAN ELITE DUNIA


Seperti yang sudah pernah dibahas dalam Discovery Channel Military tentang pasukan khusus terbaik di dunia (Top Elite Special Forces In The World). Maka saat itu seluruh pasukan khusus di dunia dinilai kinerjanya dengan parameter-parameter tertentu, dan tentu saja dihimpun juga pendapat-pendapat dari berbagai pengamat militer dan para ahli sejarah.
Menurut siaran Discovery Channel tersebut terlihat hasil yang cukup membanggakan tanah air tercinta kita Indonesia ini. Posisi pertama ditempati SAS (Inggris), peringkat kedua MOSSAD (Israel), dan peringkat ketiga adalah KOPASSUS (Indonesia). Narator dari Discovery Channel Military menjelaskan kenapa pasukan khusus Amerika Serikat tidak masuk peringkat. Ternyata dikarenakan mereka terlalu bergantung pada peralatan yang berbasis teknologi super canggih, akurat dan serba digital.
Sedangkan menurut penilaian bahwa sebuah pasukan khusus yang hebat adalah pasukan yang mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal kemampuan individu. Tentu saja termasuk di dalamnya adalah kemampuan bela diri, bertahan hidup (survival), kamuflase, strategi, daya tahan, gerilya, membuat perangkap. Dan lain sebagainya.
Kemampuan yang tidak terlalu mengandalkan dan bergantung pada teknologi canggih dan memiliki skill di atas rata-rata pasukan elit luar negeri lainnya menjadi nilai plus bagi Kopassus. Mungkin karena itu pulalah muncul ungkapan bahwa 1 prajurit Kopassus setara dengan 5 prajurit biasa. Dan mungkin juga karena kehebatan Kopassus itu jugalah yang menyebabkan sekitar tahun 90-an Amerika begitu keberatan, dan Australia menjadi ketakutan ketika Indonesia akan memperbesar jumlah anggota Kopassusnya.
Komando Pasukan Khusus (Kopassus), dulunya bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopasandha), dilatih untuk mengumpulkan data intelijen, berbagai teknik operasi khusus, sabotase, dan pendaratan lewat udara dan air. Didirikan pada tanggal 16 April 1952, Kopassus dirombak dan dikecilkan jumlahnya di tahun 1985, dan pada tahun 1992 kekuatan Kopassus hanya berjumlah 2.500 orang. Mereka, yang dapat dengan mudah dikenali karena baret merahnya, dibagi dalam dua grup operasi dan satu grup pelatihan.
Pada tahun-tahun akhir di dasawarsa 1990-an Kopassus kembali menambah jumlah anggotanya menjadi 6.000 orang. Dengan bermarkas besar di Cijantung, Jakarta Timur, Kopassus berkembang menjadi lima grup, dimana Group IV secara khusus menangani operasi intelijen bersama dengan Satuan Gabungan Intelijen (SGI) Kopasus.Beberapa kiprah Kopassus yang membanggakan antara lain pernah penjadi juara satusniper (penembak jitu) dalam pertemuan Pasukan Elite Asia Pacific Desember 2006. Waktu itu nomor duanya adalah dari SAS. Kemudian mereka menduduki posisi nomor 2 dari 35 pasukan khusus yang ikut terlibat dalam hal keberhasilan dan kesuksesan operasi militer (intelijen-pergerakan-penyusupan-penindakan) pada pertemuan Elite Forces in Tactical Deployment and Assault di Wina Austria. Pada saat itu yang menjadi nomor satu adalah Delta Force USA. Negara-negara Afrika Utara hingga Afrika Barat memiliki acuan teknik pembentukan dan pelatihan pasukan khusus mereka dengan sekitar 80% pelatih mereka adalah perwira-perwira Kopassus. Bahkan pasukan pengawal presiden (PASPAMPRES) Kamboja adalah sebuah pasukan elite yang dilatih oleh Kopassus. Unit Kopassus pernah terlibat dalam operasi pembebasan sandera dalam pesawat Garuda Airline Woyla pada tahun 1981.
Ternyata kita memiliki pasukan elite yang sungguh luar biasa. Karenanya besar harapan pasukan elite ini tidak hanya mengangkat citra Indonesia di mata dunia, tapi juga mampu membantu stabilitas dalam negeri. Tentu saja di dalamnya ada harapan bahwa Kopassus juga dapat membantu “mengamankan” Papua, dan daerah-daerah konflik lainnya.
Reade more >>

MENWA Sishankamrata


kami adalah,,,,Resimen Mahasiswa (Menwa) adalah salah satu kekuatan sipil untuk mempertahankan negeri sebagai perwujudan Sistem Pertahanan dan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Menwa bermarkas di perguruan tinggi dan beranggotakan para mahasiswa yang berkedudukan di kampus tersebut. Para anggota Menwa (wira) di setiap kampus membentuk satuan sebagai salah satu unit kegiatan kemahasiswaan (UKM)

Reade more >>

Kamis, 01 November 2012

wanita penjaga kedaulatan NKRI


Reade more >>

PERSOALAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT DALAM KERJA SAMA DIORGANISASI

PERSOALAN SEHAT DAN TIDAK SEHAT DALAM KERJA SAMA DIORGANISASI

1. Adanya gejala Frustasi di antara kelompok atau Organisasi, kondisi ini sering sekali diikuti pula dengan makin kecilnya kesempatan bagi anggota untuk dapat mengungkapkan kebutuhan dan aspirasi secara pribadi.
2. Munculnya keluhan, omelan, desas-desus maupun kebencian, karena kebutuhan maupun aspirasinya tidak dapat disalurkan melalui system yang ada.
3. Para anggota tidak mampu memanfaatkan kesalahan atau kegagalan untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan diri pribadi, suatu tindakan hukum perlu adanya bantuan hukum.
4. Adanya persaingan tidak sehat di antara anggota dan Pimpinan , hal ini sering ditandai dengan gejala ‘LEMPAR BATU SEMBUNYI TANGAN”, saling berebut pengaruh maupun kedudukan disertai dengan pertikaian maupun usaha saling menjegal satu sama lain dan berkelanjutan.
5. Indikasi mudah diamati adalah roman muka yang mencerminkan roman muka yang tidak sehat, tanpa memiliki roman muka yang tidak cerah dan tidak bergairah dan suasana tempat kerja yang tidak menyenangkan.
6. Sikap keterbukaan dan kejujuran tidak ada, sering terlihat adanya sikap saling tidak percaya mengatasnamakan AKU atau saya bukan lagi seorang pemimpin
7. Kegiatan dan pertemuan atau rapat yang dilakukan, tidak adanya program atau pokok permasalahan sering menunjukkan kesalahan-kesalahan yang hanya dilakukan segelintir orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
8. Hubungan antar Atasan dan Bawahan merasa kurang yakin/tidak percaya (kurang harmonis) atau selalu takut dan ragu, sehingga tegur sapa yang bersifat basa basi dan ungkapan-ungkapan, pandangan-pandangan serta ide/gagasan menjadi bagian baku, dan tidak adanya satu jalan keluar.
9. Kesempatan mengembangkan diri tidak didukung, sering adanya kesenjangan tuntutan waktu dan sistem itu sendiri, terjadinya kesalahfahaman atau pertikaian di latarbelakangi oleh perbedaan sosial budaya antar masing-masing kelompok.
10. Kurang faham akan peran masing-masing di dalam maupun kelompok, masalah yang ditemukan adalah adanya ketidakmampuan seseorang pemimpin maupun kelompok dalam memecahkan permasalah secara bersama.
11. Sikap tawaran terhadap bantuan dianggap kurang sehat, cenderung menunjukkan sikap khawatir atau ada apa-apanya, pihak lain mengetahuinya ada apa sebenarnya yang terjadi, di mana kesatuan pandangan kurang memahami pokok permasalahannya.
12. Kreativitas adalah ibarat pohon yang akan berbuah, apabila tidak ditunjang dan kebebasan untuk berkarya serta dukungan, maka kurang efektif juga menunjukkan gejala masing-masing kelompok cenderung bekerja sendiri tidak adanya kerja sama.
13.sikap pemimpin tidak adanya kerjasama punya kemauan sendiri untuk mengambil keputusan serta tidak diajaknya anggota dan suatu kelompok untuk dapat duduk bersama
14.Arogannya seorang pemimpin yang tidak peduli sikapnya dia seorang pemimpin serta anggota merasa pemimpinnya sebagai tangan besi
15.Pemimpin harus bijaksana mengambil keputusan sebagai bapak dalam rumah tangga yang dapat memberi contoh pada anaknya
Reade more >>